Total Tayangan Halaman

Minggu, 30 Januari 2011

Tiga Daerah Seputar Ngawi dalam Sejarah

Profil Kabupaten Ngawi
Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Propinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Ngawi adalah 1.298,58 km2, di mana sekitar 40 persen atau sekitar 506,6 km2 berupa lahan sawah. Secara administrasi wilayah ini terbagi ke dalam 17 kecamatan dan 217 desa, dimana 4 dari 217 desa tersebut adalah kelurahan. Pada tahun 2004 berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) wilayah Kabupaten Ngawi terbagi ke dalam 19 kecamatan, namun karena prasaranan administrasi di kedua kecamatan baru belum terbentuk maka dalam publikasi ini masih menggunakan Perda yang lama. Secara geografis Kabupaten Ngawi terletak pada posisi 7o21’-7o31’ Lintang Selatan dan 110o10’-111o40’ Bujur Timur.
Topografi wilayah ini adalah berupa dataran tinggi dan tanah datar. Tercatat 4 kecamatan terletak pada dataran tinggi yaitu Sine, Ngrambe, Jogorogo dan Kendal yang terletak di kaki Gunung Lawu. Batas wilayah Kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut:
  • Sebelah Utara: Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora (Propinsi Jawa Tengah) dan Kabupaten
  • Bojonegoro. Sebelah Timur: Kabupaten Madiun.
  • Sebelah Selatan: Kabupaten Madiun dan Kabupaten Magetan.
  • Sebelah Barat: Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen (Propinsi Jawa Tengah).
Selain penemuan benda-benda bersejarah, di sekitar Ngawi juga terdapat tiga tempat yang cukup terkenal yaitu Jogorogo, Tawun dan Alas Ketonggo. Dalam penelitian diperkirakan ketiga situs (tempat) tersebut erat hubungannya dengan negara-negara sekitar Ngawi.

Negara Jogorogo
Negara Jogorogo terletak di antara Gunung Lawu dan Bengawan Solo, sebelah selatan pegunungan Kendeng. (Jogorogo berasal dari kata Jogo = jogo, waspada Rogo = jatuh cinta, tubuh. Valentijn di dalam bukunya menyebut daerah Jogorogo (het landschap Jogorogo) terletak di antara daerah Gunung Lawu dan Kali Semanggi (Bengawan Solo), sedang DR. N.J Krom menyebut daerah Jogorogo di daerah Madiun.
Nama Jogorogo, tersebut dalam prasasti Waringin Pitu yang diketemukan di Desa Suradakan (Kabupaten Trenggalek) berangka tahun 1369 Saka (1474 M) serta di dalam buku Pararaton (1613 M). Prasasti tembaga Waringin Pitu dikeluarkan oleh Raja Jayaparakramawardhana (Dyah Kerta Wijaya) pada tahun 1369 Saka atau tepatnya 22 November 1474 M. Prasasti ini menyebutkan tentang penguasa di Jogorogo (paduka bhattara ring jaggaraga) bernama Wijayendudewi sebagai nama penobatan (nama raja bhiseka) atau Wijayaduhita sebagai nama kecil atau nama kelahiran (garbaphra sutinama) seorang Raja Puteri yang mengaku keturunan Raden Wijaya (Kertarajasa Jayawardhana) pendiri kerajaan Majapahit.
Prasasti ini juga memuji raja puteri (ratu) Jogorogo dengan deretan kalimat (sangsekerta) yang indah. Menurut Mr. Moh. Yamin arti terjemahan itu sebagai berikut : "Selanjutnya perintah sang prabu diikuti pula oleh Seri Paduka Jogorogo". - Nan bertingkah laku lemah gemulai dan utama, sesuai dengan kesetiaan kepada suaminya. - Nan dibersihkan kesadaran yang utama dan tidak bercacat, yang kaki tangannya dihiasi yang utama, yaitu tingkah laku penuh kebajikan dan lain-lainnya. - Yang berhati-sanubari tentang sesuai dengan kenang-kenangan yang tak putus-putusnya kepada suami, yang bertegak gelar-Kerajaan berbunyi Wijaya Indudewi dan bernama kecil Dyah Wijayaduhita

Negara Matahun
Oleh para sarjana, diperkirakan terletak disebelah barat Bojonegoro, di dekat utara Bengawan Solo dan dekat Cepu. Diperkirakan pula wilayah kekuasaan Matahun ini meliputi daerah dan desa Tawun, yang sekarang terkenal dengan sendang dan bulusnya.
Menurut prasasti Waringin Pitu, Raja Matahun bernama Dyah Samara Wijaya yang bergelar Wijaya Parakrama, tetapi menurut prasasti Kusmala (batu tertulis di Kandangan, Pare Kediri) berangka tahun 1272 S (1350 M) yang menjadi raja Matahun Paduka Bhatara Matahun adalah Sri Wijayarajhasanantawikratunggadewa, yang dikatakan telah berhasil membuat tanggul kokoh, kuat dan indah (Rawuhan atita durgga mahalip), sehingga menyebabkan kegembiraan semua penduduk yang bertempat tinggal di sebelah timur Daha (Magawaya suka ni parasamsya saka hawat lurah wetan I daha).
Dengan demikian daerah kekuasaan atau pengaruh negara Matahun  cukup luas, yaitu meliputi daerah sebelah barat Bojonegoro (sebelah utara Bengawan Solo) sampai dengan daerah Tawun, Madiun dan daerah Pare (Kediri).

Alas (hutan) Ketonggo
Oleh sebagian masyarakat, alas Ketonggo dikaitkan dengan "Jangka Jayabaya", masalah ini telah pula diuraikan oleh Dr. J Brandes dalam karangannya yang berjudul "lets Over een ouderen Dipanegara in verband met een prototype van de voor spellingen van Jayabaya".Dalam karangan tersebut menyebut sebuah naskah Jawa dimulai dengan kalimat yang berbunyi (Ini kitab ramalan cerita Raja Jayabaya di Momenang pada waktu menerima tamu raja dari Erum bernama Maolana Ngaji Samsujen)
Setelah itu disinggung nama kitab Musarar (kitab Hasrar, boek dergeheimenissen), yang berarti ramalan seluruh dunia (jangka ning jogot sedaya), diteruskan dengan menyebut nama beberapa orang raja, nama keraton dan beberapa ramalan yang bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, antara lain sebagai berikut :
Ada yang bernama Raden Amisan, menobatkan Ratu Adil, dari tanah Arab, menguasai seluruh dunia, Raden Amisan bernama Sultan Erucakra, waktu itulah berhenti kekacauan negara, nakhoda ikut ke tempat perjamuan, ratu keturunan Waliullah, kratonnya dua buah, disebut Jawa, bernama Katanggapetik, terletak di sebelah gunung Lawu, pada waktu timbul pengampunan, penghasilan negara berupa uang dinar, karena ratu bertindak adil, semua hamba takut dan cinta, bertahta tanpa kekurangan pada tahun 1800.
Setelah itu meninggal, datang pergi (bergantian) kratonnya, kemudian diganti oleh seorang ratu keturunan Ratu Adil tersebut, kratonnya juga disebut Katanggapati, terapit batu karang yang berbahaya, dekat gunung perahu, terletak di sebelah barat tempuran sungai, ratu itu baik di dunia, dan makmur negaranya, bertahta masih dalam tahun 1800.
Setelah itu meninggal (sirna) suasana kembali menjadi kacau, pemerintahan di tanah Jawa tidak karu-karuan, para bupati dan mancanegara bertindak sendiri-sendiri.
Kemudian disusul Ratu Asmarakingkin, bagus dan masih muda serta dicintai seluruh rakyat, kratonnya di Kediri dan Madura bertahta pada tahun 1900, dan makmur negaranya. (SN)

Selasa, 25 Januari 2011

AYO, NIKMATI WISATA NGAWI


Profil Kabupaten Ngawi
Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Propinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Ngawi adalah 1.298,58 km2, di mana sekitar 40 persen atau sekitar 506,6 km2 berupa lahan sawah. Secara administrasi wilayah ini terbagi ke dalam 17 kecamatan dan 217 desa, dimana 4 dari 217 desa tersebut adalah kelurahan. Pada tahun 2004 berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) wilayah Kabupaten Ngawi terbagi ke dalam 19 kecamatan, namun karena prasaranan administrasi di kedua kecamatan baru belum terbentuk maka dalam publikasi ini masih menggunakan Perda yang lama. Secara geografis Kabupaten Ngawi terletak pada posisi 7o21’-7o31’ Lintang Selatan dan 110o10’-111o40’ Bujur Timur.
Topografi wilayah ini adalah berupa dataran tinggi dan tanah datar. Tercatat 4 kecamatan terletak pada dataran tinggi yaitu Sine, Ngrambe, Jogorogo dan Kendal yang terletak di kaki Gunung Lawu. Batas wilayah Kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut:
  • Sebelah Utara: Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora (Propinsi Jawa Tengah) dan Kabupaten
  • Bojonegoro. Sebelah Timur: Kabupaten Madiun.
  • Sebelah Selatan: Kabupaten Madiun dan Kabupaten Magetan.
  • Sebelah Barat: Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen (Propinsi Jawa Tengah).

MUSEUM TRINIL
Apakah anda gemar menelusuri sejarah masa silam dan sisa-sisa peradaban awal manusia? Apabila anda termasuk jenis pelancong seperti ini maka Ngawi menyediakan tempat khusus yang memiliki daya tarik bukan hanya sampai nasional, tetapi bahkan ke seantero jagat. Lokasi wisata budaya itu adalah Museum Purba di Trinil.
Museum Trinil ini terkenal sebagai tempat penyimpanan fosil manusia kera berjalan tegak (Phitecanthropus Erectus) yang ditemukan oleh seorang ilmuwan Belanda yang bernama Dr. Eugene Dubois pada tahun 1890. Fosil tersebut diperkirakan telah berusia kurang lebih 300.000 s/d 500.000 tahun.
Selain itu juga ditemukan fosil Banteng, Gajah Purba, Kapak genggam dan alat pengorek umbi yang terbuat dari tanduk rusa. Penemuan ini sangat berguna sekali bagi penelitian dan pendidikan khususnya di bidang sejarah kepurbakalaan.
Museum Trinil terletak di desa Kawu Kecamatan Kedunggalar yang terletak kurang lebih 13 km arah barat kota Ngawi, dan dapat dicapai dengan segala macam kendaraan. Museum ini tidak kalah menarik dibandingkan dengan obyek wisata yang lain karena terletak di tepi Bengawan Solo yang menjadikan museum ini memiliki panorama yang indah.
Fasilitas yang tersedia antara lain bangunan museum dan pendopo peristirihatan, tempat cenderamata, diaroma fosil purbakala lengkap dengan identitas dan deskripsinya, mushola, arena bermain anak-anak dan bumi perkemahan.

BENTENG VAN DEN BOSCH
Berbeda dengan tempat wisata lainnya, di pusat kota Ngawi terdapat sebuah peninggalan bangunan yang luar biasa, yaitu bekas benteng Belanda yang diberi nama dengan Benteng Van den Bosch. Hanya sayang posisi benteng ini berada di dalam wilayah institusi militer, dan sampai saat ini sepertinya jarang dikunjungi orang. Mungkin masyarakat merasa takut karena menganggap benteng itu bukan sebagai obyek wisata.
Posisinya benteng Van den Bosch terletak di Kelurahan Pelem, Kecamatan Ngawi sebelah utara kota Ngawi. Tepatnya di sudat pertemuan dua sungai besar yaitu Bengawan Solo dan Bengawan Madiun. Benteng ini dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1839-1845 dengan nama Fort Van den Bosch. Bangunan ini merupakan sebuah benteng militer yang pada saat itu merupakan bagian dari garis pertahanan Belanda di sepanjang jalur pos utama yang menghubungkan Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Lokasi obyek wisata bersejarah ini bisa dijangkau dengan semua sarana transportasi karena letaknya yang dekat dengan pusat kota.

PESANGGRAHAN SRIGATI
Kalaupun anda seorang pelancong yang ingin menikmati nuansa spiritual dan magis, di Ngawi juga terdapat lokasi wisata spiritual dengan panorama hutan. Lokasi ini diberi nama dengan Pesanggrahan Srigati.
Pesanggrahan ini terletak di desa Babadan Kecamatan Paron yang berada kurang lebih 12 km arah selatan kota Ngawi. Keberadaannya di kawasan hutan Ketonggo yang masih termasuk wilayah KPH Babadan dan KPH Geneng Kabupaten Ngawi dab lokasinya dapat dicapai dengan menggunakan berbagai jenis kendaraan umum.
Pesanggrahan Srigati merupakan obyek wisata spiritual yang menurut kepercayaan masyarakat sekitar daerah tersebut merupakan pusat keraton lelembut/makhluk halus. Maka jangan heran ketika memasuki wilayah ini akan merasa seolah-olah senyap dan berbau mistik. Di lokasi ini terdapat sebuah petilasan Raja Majapahit yang disebut Pesanggrahan Srigati dimana pada jaman dahulu dipercaya sebagai tempat beristirahatnya Prabu Brawijaya setelah kalah perang melawan Raden Patah pada tahun 1293.
Selain petilasan tersebut, terdapat juga beberapa lokasi yang memiliki nilai keramat yaitu : Sendang Drajat, Tugu Mas, Kraton Ketonggo Kencono, Gua Sebagus dan lain-lain.
Pada hari-hari tertentu seperti Jumat Pon dan Jumat Legi dan pada bulan Suro khususnya merupakan hari yang dikeramatkan oleh masyarakat. Pada bulan Suro diadakan acara adat "Ganti Langse" yang dihadiri oleh banyak peziarah dari berbagai daerah yang berniat untuk melaksanakan tirakatan atau semedi untuk ngalap berkah.

PERKEBUNAN TEH JAMUS
Jika anda merasa ingin melepaskan perasaan gerah atau panas yang selama ini mungkin dirasakan setiap hari di kota-kota besar, maka terdapat lokasi wisata di daerah pegunungan yang akan memberikan kesejukan. Lokasi itu adalah Perkebunan Teh Jamus.
Perkebunan ini suda berusia puluhan tahun dan secara geografis berada di lereng Gunung Lawu sebelah utara dengan ketinggian 1500 DPL, tepatnya di desa Girikerto, Kecamatan Sine. Dengan menempu jarak kurang lebih 40 km dengan berbagai jenis kendaraan ke arah barat daya kota Ngawi, anda akan menikmati suasana pegunungan dengan lerengnya yang berliku, hijau dan sejuk. Hamparan kebun teh bak permadani hijau dapat anda nikmati bersama keluarga.
Sepanjang perjalanan menuju lokasi wisata ini, dengan segera kita akan menikmati jalur khas pedesaan yang berliku-liku namun menambah kenyamanan dan kesejukan. Perkebunan Teh Jamus ini dikelola oleh PT. Candi Loka yang memproduksi teh dan juga air mineral Jamus yang diambil dari mata air "Sumber Lanang". Mata air yang terdapat di daerah tersebut oleh masyarakat sekitar dipercaya mempunyai tuah atau kekuatan gaib yang dapat membuat awet muda bagi setiap orang yang meminumnya.
Salah satu keunggulan wisata di perkebunan ini adalah nuansa harum teh yang menyegarkan. Juga akan ditemui suasana alami yang jauh dari kebisikan serta polusi udara yang menyesakkan.
Fasilitas yang tersedia antara lain taman yang dilengkapi kolam renang anak-anak, tempat berkemah.

AIR TERJUN SRAMBANG
Masih terletak di daerah pegunungan, jika anda belum puas atau menginginkan suasana dingin dan segar, maka lokasi wisata Air Terjun Srambang dapat menjadi pilihan yang tepat. Obyek wisata ini terletak di lereng Gunung Lawu sebelah utara, tepatnya di desa Girimulyo, Kecamatan Jogorogo. Dari kota Ngawi berjarak kurang lebih 27 km.
Air terjun Srambang mempunyai ketinggian 40 m dan kondisinya masih sangat alami karena belum tersentuh oleh pembangunan fisik yang kadang malah tidak mendukung baik dari sisi kelestarian alam maupun aspek estetika. Keaslian alam yang ada ini juga didukung karena untuk menuju ke lokasi tersebut kita harus melalui jalan setapak kurang lebih 1,5 km.
Selain air terjun ini, terdapat suatu keunikan alam yang oleh masyarakat setempat disebut dengan Kali Tiban (sungai yang datang dengan sendirinya). Fenomena ini sesungguhnya tercipta karena terjadinya gejala alam berupa tanah longsor yang kemudian menciptakan Kali Tiban. Panorama alam yang indah akan anda lalui ketika anda berjalan menuju ke lokasi air terjun ini.
Di lokasi wisata Air Terjun Srambang juga tersedia tempat yang berfungsi sebagai bumi perkemahan, yang dikenal dengan sebutan bumi perkemahan Ngrayudan. Karena lokasinya yang masih asri dan sunyi jauh dari hiruk pikuk masyarakat maka tempat ini sangat cocok, untuk berkemah sambil menikmati suasana alam yang masih asri.
Untuk menuju lokasi obyek wisata ini anda dapat menggunakan segala jenis kendaraan hingga di Desa Girimulyo, Kecamatan Jogorogo. Sedangkan untuk menuju ke lokasi harus di tempuh dengan berjalan kaki.

WANA WISATA MONUMEN SOERJO
Tempat wisata ini dibangun di kawasan hutan pemangkuan KPH Ngawi yang secara administratif terletak di desa Sidolaju, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi. Jarak yang harus ditempuh dari kota Ngawi adalah sekitar 19 km ke arah barat, tepatnya di tepi jalan raya antara Ngawi-Solo.
Kompleks Wana Wisata Monumen Soerjo ini dibangun untuk mengenang gugurnya tiga orang tokoh dari Jawa Timur, masing-masing Gubernur Soerjo, Komisaris Besar Polisi M. Doerjat dan Komandan Polisi Tk. I Soeroko. Ketiga orang pahlawan itu dibunuh oleh sekelompok kawanan dari anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1948 di kawasan hutan tersebut.
Di kawasan ini anda dapat beristirahat sejenak sambil menikmati pemandangan hutan jati setelah menempuh perjalanan antara Solo-Ngawi.
Di samping itu tak jauh dari monumen tersebut terdapat sebuah lokasi pasar burung dan puluhan monyet yang dijual secara bebas. Tidak jelas bagaimana peraturan untuk penjualan monyet itu mengingat sesungguhnya satwa yang satu ini termasuk jenis yang dilindungi oleh pemerintah.
Fasilitas yang ada antara lain hutan wisata dan tempat bermain anak, ruang informasi dan tempat penjualan cenderamata, Arboretrum, pasar burung, warung makan dan minum.

PEMANDIAN TAWUN
Bagi anda yang memiliki putra putri dan sekaligus tetap dapat menikmati suasana yang tenang, Ngawi menyediakan sebuah lokasi untuk bergembira bersama keluarga besar, yaitu taman rekreasi dan pemandian Tawun.
Pemandian Tawun merupakan taman rekreasi yang terkenal dengan habitat Bulus dan Sendang. Mata air yang dipakai untuk menyuplai air kolam renang dan juga mengairi sawah disekitarnya. Dilokasi wisata ini setiap tahun sekali oleh masyarakat sekitar diselenggarakan upacara adat yang disebut "Keduk Beji" yang banyak dihadiri oleh masyarakat dari berbagai daerah. Obyek wisata ini berada di desa Tawun Kecamatan Padas kurang lebih 7 km arah timur kota Ngawi, yang dapat dicapai dengan menggunakan segala jenis kendaraan baik umum maupun pribadi.
Fasilitas yang ada, kolam renang dewasa dan anak-anak, sendang alam dan habiitat bulus, hutan buatan dan taman bersantai, tempat bermain anak, penginapan, mushola, Toilet dan kamar mandi.

WISATA BAHARI di WADUK PONDOK
Waduk Pondok menawarkan beragam produk wisata bahari. Selain keindahan alam, wisatawan dapat menikmati berbagai wisata air. Seperti olah raga ski, memancing, atau jalan-jalan naik perahu bersama keluarga.
Obyek wisata alam bendungan ini terletak kurang lebih 20 km arah timur Kota Ngawi, tepatnya di desa Gandong Kecamatan Bringin, yang dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan umum maupun pribadi. Waduk Pondok merupakan salah satu obyek wisata alam yang indah, dengan luas 2.596 ha waduk ini mempu menampung air sampai dengan 29 juta meter kubik, membuat waduk Pondok seperti hamparan air yang menyerupai danau dengan latar belakang hutan dan daerah perbukitan. Selain untuk wisata, waduk ini juga digunakan untuk irigasi, perikanan dan olahraga air.

DINAS PARIWISATA KABUPATEN NGAWI
Jl. MH. Thamrin 33
Phone 0351-744466

Senin, 24 Januari 2011

Warisan, Perjuangan dan Pembebasan


Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta, Jakarta Raya) adalah ibu kota negara Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat provinsi. Jakarta terletak di bagian barat laut pulau Jawa. Dahulu pernah dikenal dengan nama Sunda Kelapa atau Jacatra (1619-1942), dan Djakarta (1942-1972).
Jakarta memiliki luas sekitar 661,52 km² (lautan : 6.977,5 km²), dengan penduduk berjumlah 9.588.198 jiwa (2010). Wilayah metropolitan Jakarta (Jabotabek) yang berpenduduk sekitar 23 juta jiwa, merupakan metropolitan terbesar di Indonesia atau urutan keenam dunia.

Museum Fatahillah, Pelabuhan Sunda Kelapa, Masjid Raden Saleh, adalah sebagian dari saksi nilai-nilai perjuangan dan pembebasan bangsa Indonesia. Mampukah nilai-nilai itu terwariskan? Sampai kapan bisa bertahan?

Sejak abad ke-13 ada sebuah kerajaan besar di wilayah Jawa Barat yang dikenal dengan nama Sunda Pajajaran atau Pakuan Pajajaran dan juga sering disebut dengan Kerajaan Cunda Calapa. Kerajaan yang terletak di antara sungai Ciliwung, Cipakancilan dan Sungai Cisadane ini merupakan kombinasi Galuh dan Pakuan dengan ibu kota di Bogor.
 Berdasarkan tulisan Prasasti Batu Tulis di Bogor maupun naskah-naskah kebantenan dan dokumen seperti yang ditulis oleh penjelajah Portugis bernama Tom Pires, Kerajaan Cunda Calapa memiliki pengaruh sangat besar di seluruh daerah Jawa Barat. Salah seorang raja terkenal yang ditulis dalam Prasasti Batu Tulis adalah Sri Baduga Maharadja (1490-1521).
Tom Pires yang mendarat di pelabuhan Cunda Calapa (1512-1515) antara lain mengatakan bahwa kerajaan tersebut memiliki beberapa pelabuhan penting yakni Banten, Pontang, Ciguede, Tangerang, Calapa dan Cimanu (Indramayu) dan Cheribon. Menurut Pires Calapa (Sunda Kelapa) adalah satu bandar utama atau pelabuhan paling besar dan strategis bagi daerah-daerah sekitarnya karena menjadi penyangga sejumlah pelabuhan di Nusantara seperti Sumatra, Palembang, Laue, Tanjungpura, Malaka, Makasar, Jawa, dan Madura.
Pada tahun 1511 Portugis berhasil merebut Malaka di bawah Alfonso d'Albuquerque. Mereka mencari sumber rempah-rempah terutama merica. Dua tahun kemudian, tepatnya pada 1513 armada Eropa pertama kali merapat dan membuang sauh di dermaga Sunda Kelapa. Empat kapal Portugis yang dikomandani oleh Alvin ini merupakan awal orang Eropa menduduki wilayah Nusantara. 
Tanggal 21 Agustus 1522, utusan Portugis bernama Erique Leme datang ke Kerajaan Sunda Kelapa membawa hadiah bagi raja Pasundan. Dia diterima dengan ramah dan pertemuan itu melahirkan perjanjian persahabatan yang ditandatangani antara Pasundan dan Portugis. Selanjutnya orang-orang Portugis diberi hak membangun gudang-gudang dan sebuah benteng. Kerajaan Pasundan atau Sunda Kelapa memandang perjanjian itu sebagai penguatan posisi mereka untuk menghadapi pasukan-pasukan Islam dari kerajaan Demak di Jawa Tengah. Untuk mengenang peristiwa perjanjian ini didirikan prasasti bernama Pradrao.

Pelabuhan Sunda Kelapa
Antara abad ke-12 hingga awal abad ke-18 kapal-kapal yang ada di pelabuhan Sunda Kelapa masih dapat melayari muara sungai Ciliwung. Bandar ini sangat ramai dan dikunjungi oleh kapal-kapal yang datang dari berbagai tempat seperti Palembang, Tanjungpura, Malaka, Makasar serta pedagang-pedagang dari India dan Tiongkok. Dari bandar ini merica, beras dan emas diekspor ke negeri-negeri di luar Nusantara. 
Ketika masih di bawah kekuasaan Portugis, kerajaan ini diserang pasukan dari Kesultanan Demak Faletehan atau Fatahillah pada tahun 1527 dengan mendaratkan pasukannya sebanyak 1.453 yang berasal dari Demak dan Cheribon. Setelah berhasil menguasainya, pada tanggal 22 Juni 1527 Fatahillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta yang artinya "Kota Kemenangan". 
 Kekuasaan ini berlangsung cukup lama tetapi kemudian berakhir, tepatnya ketika pada 30 Mei 1619 Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen memimpin pasukan Belanda menyerang istana Jayakarta secara besar-besaran. Tidak ada yang tersisa dari Jayakarta selain batu prasasti Pradao yang kini disimpan di Museum Nasional Jakarta. 
Setelah berhasil menakklukkan Jayakarta Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen mengusulkan untuk mengganti nama Jayakarta menjadi Nieuw Hoorn (Hoorn Baru), sebuah nama yang merupakan tempat kelahiran sang Gubernur Jenderal di Belanda. Tapi usulan itu ditolak oleh Raad van Indie (Dewan Hindia), yang kemudian menetapkan nama kota itu menjadi Batavia. Dari tahun 1619 nama Batavia tetap digunakan sampai pada tanggal 5 Maret 1942, ketika pemerintah Jepang menggantinya dengan nama Jakarta.
Saat ini, kalau kita berwisata sejarah di sekitar kawasan pelabuhan Sunda Kelapa, kita dapat meluangkan waktu mengunjungi beberapa lokasi seperti Menara Syahbandar di tepian Kali Besar. Beberapa meter dari tempat ini kita bisa lihat sebuah jembatan yang dapat ditarik (drawbridge), sebuah peninggalan masa Dutch East-India Company. Jembatan ini dinamakan Hoenderpasarbrug alias Jembatan Pasar Ayam.
Menara Syahbandar dibangun di tahun 1839 menggantikan menara bendera di galangan kapal di sebelah kanan tepian sungai. Di sebelah barat dari menara tersebut dapat kita lihat Museum Bahari, yang bercirikan arsitektur Belanda. Museum ini sisa dari Westzijdsche Pakhuizen (gudang di sisi barat sungai). Disinilah rempah-rempah yang akan diangkut disimpan. Area sekitar Menara Syahbandar dahulu adalah pusat dari Kota Batavia. Ini merupakan pusat dari jaringan niaga yang mencapai Deshima (Nagasaki) di Japan, Surate di Persia dan Capetown di Afrika Selatan.

Museum Fatahillah
Museum Fatahillah atau disebut juga sebagai Gedung Museum Sejarah Jakarta dibangun oleh Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen sebagai gedung balaikota kedua pada tahun 1626 (balaikota pertama dibangun pada tahun 1620 di dekat Kalibesar Timur). Menurut catatan sejarah, gedung ini hanya bertingkat satu dan pembangunan tingkat kedua dibangun kemudian hari. Tahun 1648 kondisi gedung sangat buruk. Tanah Jakarta yang sangat labil dan beratnya gedung menyebabkan bangunan ini turun dari permukaan tanah. Solusi mudah yang dilakukan oleh pemerintah Belanda adalah tidak mengubah pondasi yang sudah ada, tetapi lantai dinaikkan sekitar 2 kaki, yaitu 56 cm. Menurut suatu laporan 5 buah sel yang berada di bawah tanah gedung dibangun pada tahun 1649. Tahun 1665 gedung utama diperlebar di bagian Barat dan Timur. Setelah itu beberapa perbaikan dan perubahan di gedung stadhuis atau balai kota dan penjara-penjaranya terus dilakukan hingga bentuk yang kita lihat sekarang ini.
Gedung ini selain digunakan sebagai stadhuis juga digunakan sebagai "Raad van Justitie" (Dewan Pengadilan) yang kemudian pada tahun 1925-1943 dimanfaatkan sebagai Kantor Pemerintahan Propinsi Jawa Barat dan pada tahun 1942-1945 dipakai untuk kantor pengumpulan logistik Dai Nippon. Tahun 1952 digunakan sebagai markas Komando Militer Kota (KMK) I, yang kemudian menjadi KODIM 0503 Jakarta Barat. Tahun 1968 diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta, lalu diresmikan menjadi Museum Sejarah Jakarta pada tanggal 30 Maret 1974.
Di antara koleksi museum sejarah Jakarta adalah Meriam si Jagur, sketsel, patung Hermes, pedang eksekusi, lemari arsip, lukisan Gubernur Jendral VOC Hindia Belanda tahun 1602-1942, meja bulat berdiameter 2,25 meter tanpa sambungan, peralatan masyarakat prasejarah, prasasti dan senjata. 
Masjid Raden Saleh
Salah satu pelukis aliran realis dari generasi awal Indonesia adalah Raden Saleh yang nama lengkapnya adalah Raden Saleh Syarif Bustaman dilahirkan di Terbaya, Semarang pada tahun 1807 (beberapa dokumen Belanda menyatakan Raden Saleh lahir tahun 1811 atau 1814).
Di Batavia Raden Saleh tinggal di daerah Cikini. Kini bekas rumahnya menjadi Rumah Sakit Cikini, yang dahulu disebut Koningen Emma Hospital, milik Koningen Emma Stichting (Yayasan Ratu Emma), sedangkan pekarangannya yang luas dia hibahkan kepada pengurus kebun binatang yang kini menjadi Taman Ismail Marzuki (TIM). Bersama-sama dengan masyarakat, pada tahun 1840 (atau 1860) Raden Saleh membangun sebuah masjid di sebelah kediamannya yang kini lebih dikenal dengan nama Masjid Jamii' Cikini Al-Makmur. Masjid ini merupakan salah satu dari lima masjid tertua di Jakarta. Akibat kedekatan pelukis kondang ini dengan umat Islam, ia pernah dituduh terlibat dalam kerusuhan di Tambun (Bekasi). Kerusuhan tersebut digerakkan umat Islam yang menentang Belanda. Meskipun tuduhan itu tidak terbukti, Belanda tetap mengenakan tahanan rumah kepadanya.
Tahun 1890 masjid itu dipindahkan secara gotong-royong dengan diusung beramai-ramai oleh masyarakat sekitar di lokasi mesjid sekarang. Hingga tahun 1923 pihak Koningen Emma Sticthing menuntut agar masjid itu dipindahkan ke lokasi yang lebih jauh.
Keinginan itu dibalas dengan reaksi keras dari masyarakat Islam Betawi di sekitar Cikini. Aksi penentangan itu disokong pula oleh para tokoh pergerakan nasional seperti HOS Cokroaminoto, H. Agus Salim, KH Mas Mansyur dan Abi Koesno Cokro Soeyono. Atas saran tokoh-tokoh tadi, tahun 1924 masjid justru dipugar dengan arsitektur yang lebih megah. Hilangnya kesan kumuh itulah yang diinginkan H. Agus Salim dan tokoh lainnya.
Untuk memberikan penghargaan kepada para tokoh yang sebagian merupakan aktivis Sarikat Islam (SI) dan Masyumi. pada kubah menara dan di muka masjid ditorehkan lambang bintang dan bulan sabit. Tahun 1935 pembangunan masjid selesai dan diberi nama Masjid Al-Makmur. Sejak saat itu masjid beratap susun dua itu dijadikan sebagai pusat aktivitas umat Islam di sekitarnya. (JDF, Vij/dari segala sumber)                              

Sabtu, 22 Januari 2011

Wisata Indonesia

Indonesia mempunyai beragam tempat wisata, di setiap kabupaten kota mempunyai unggulan tempat wisata masing-masing. Ini tempat untuk memperkenalkan tempat wisata di segenap Nusantara baik berupa tulisan, gambar maupun filmya. Salam Indonesia.

Jumat, 14 Januari 2011

Objek Wisata sebagai Lokasi "HUNTING"

Indonesia mempunyai beragam tempat wisata, di setiap kabupaten kota mempunyai unggulan tempat wisata masing-masing. Ini tempat untuk memperkenalkan tempat wisata di segenap Nusantara baik berupa tulisan, gambar maupun filmya. Salam Indonesia.

Bagi penggemar fotografi, berburu foto (hunting) merupakan penyaluran hobi yang sangat menarik dan mengasyikan. Hunting bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Bisa di hutan pedalaman, puncak gunung, kutub bumi, dasar lautan ataupun di tempat wisata (objek wisata).
Objek wisata sangat banyak macam dan ragamnya. Ada objek wisata pantai, danau, pegunungan, air terjun, taman bunga, taman buah, kebun raya, museum. Peninggalan peradaban masa lalu misalnya candi dan masih banyak lagi objek wisata yang bisa ditemui.
Di Indonesia objek wisata bisa digolongkan dalam dua kelompok besar yaitu berupa wisata budaya dan wisata alam (ekowisata). Wisata budaya bisa berupa keanekaragaman budaya mulai dari seni tari, pahat, adat istiadat dan lain sebagainya.
Wisata alam (ekowisata) berupa kekayaan alam Indonesia yang diantaranya keanekaragaman flora dan fauna serta keindahan alam tropis. Ini bisa dilihat di kawasan-kawasan konservasi alam yang dapat berupa taman nasional atau hutan wisata. Bagi petualang yang juga punya hobi fotografi, taman nasional merupakan tempat yang cocok untuk menyalurkan kedua hobi tersebut. Karena akan banyak tantangan yang akan dihadapi, dan disinilah kesabaran serta keuletan akan diuji.
Objek wisata sering dijadikan tempat berburu foto (hunting) mungkin disebabkan karena mudah dicapai, murah, resikonya juga lebih sedikit dibanding dengan lokasi yang jarang (belum pernah) dijamah manusia. Lokasi yang demikianlah yang dicari para petualang.
Objek wisata pada umumnya mudah dicapai karena sudah banyak dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai. Namun untuk taman nasional yang berjumlah 31, infrastrukturnya belum memadai dan masih memerlukan pemikiran lebih lanjut untuk menarik wisman (wisatawan mancanegara).

Wisata Pantai
Bagi penggemar fotografi subyek foto di pantai yang eksotik adalah saat matahari terbit atau tenggelam. Pemandangan ini sering menghabiskan bingkai film karena pemotret tidak ingin kehilangan kejadian tersebut. Selain pemandangan, di pantai banyak subjek ini didasarkan bahwa Indonesia merupakan negara yang jumlah pulaunya belasan ribu.
Pantai merupakan objek wisata yang banyak dikunjungi wisatawan mancanegara terutama pantai di pulau Bali.
Selain pantai, akhir-akhir ini kegiatan berburu foto di bawah air mulai marak. Berburu foto dengan menyelam memerlukan pengetahuan tidak hanya teknik memotret yang baik tapi harus pula mengetahui dasar serta teknik menyelam dengan benar.
Pemotretan dengan menyelam di bawah laut memerlukan peralatan khusus yang serba kedap air (waterproof). Ada kamera yang khusus dirancang untuk bawah air. Namun bisa pula kamera yang biasa digunakan di atas air dipakai, tapi harus dilengkapi dengan perlindungan kamera dari air yang sering disebut housing.
Pemandangan bawah laut di Indonesia banyak dikenal oleh penyelam dalam dan luar negeri, terutama di Indonesia bagian Timur yang belum banyak terjadi kerusakan. Di bawah laut bisa ditemui terumbu karang yang beraneka ragam bentuk serta warnanya dan ikan-ikan hias yang cantik.
Objek wisata pantai dengan segala macam kegiatannya menarik untuk diabadikan, namun perlu pula diperhatikan sifat air laut yang korosif. Untuk itu perlu jika kamera tidak digunakan hendaknya dimasukkan dalam tas, serta setelah dipakai perlu perawatan yang benar. Perhatikan pula pasir pantai yang tertiup oleh angin, maka jangan mengganti film di daerah yang berpasir karena dikawatirkan pasir yang tertiup angin akan masuk ke dalam bodi kamera.

Wisata Pegunungan 
Wisata pegunungan biasanya menyajikan keindahan alam, kekayaan flora dan fauna. Inilah subjek yang menarik untuk diabadikan, dan merupakan buruan kita bila pergi ke daerah pegunungan. Keindahan alam bisa berupa sawah yang bertrap-trap, perkebunan teh, air terjun, sungai yang mengalir deras di atas bebatuan atau mungkin matahari terbit dan tenggelam dari dataran tinggi.
Untuk kekayaan flora dan fauna banyak ditemukan di konservasi alam. Hunting flora dan fauna di alam (habitatnya) memerlukan kekuatan fisik, mental serta dituntut adanya kesabaran. Terkadang untuk mendapatkan satu jenis foto binatang memerlukan waktu yang cukup lama. Diperlukan pula peralatan yang memadai misalnya lensa tele supaya buruan kita tidak terusik kegiatannya dan bila binatang itu buas/berbahaya kita masih bisa memotret dalam jarak yang aman.
Hunting subjek binatang bisa pula dilakukan di kebun binatang dan taman safari. Namun kendala yang dihadapi pemotret di kebun binatang adalah membuat karya foto yang nampak seperti di habitat aslinya karena di kebun binatang umumnya binatang dimasukkan dalam sangkar (kandang). Kemungkinan lain berburu foto binatang adalah di taman safari yang memang dibikin mirip seperti habitat aslinya.
Untuk subjek tanaman yang sering menarik perhatian pemotret adalah bunga. Selain bunga yang mungkin juga buah. Berburu subjek foto tersebut bisa dilakukan di kebun, taman nasional atau kebun raya. Sekarang sudah ada pula taman bunga dan taman buah, tinggal bagaimana kita menghasilkan karya foto yang cantik dengan komposisi menarik.
Wisata pegunungan yang pada dasarnya adalah wisata alam memerlukan persiapan alat yang disesuikan dengan lokasi pemotretan dan subjek buruan kita. Karena peralatan yang dibawa mungkin akan tidak sama bila kita memotret hamparan sawah, air terjun, binatang liar ataupun lainnya.
Untuk bunga misalnya kita perlu membawa lensa makro, air terjun supaya mendapat efek air yang menarik perlu membawa tripod serta cable release untuk menahan goyangan bila kita memakai kecepatan rana rendah. Lensa tele untuk tidak mengusik binatang buruan kita dan lain-lain.

Wisata Museum
Museum, merupakan salah satu bentuk wisata budaya di Indonesia. Selain dari keragaman budaya, seni dan adat-istiadat yang berada di Nusantara.
Biasanya, di museum tempat dikumpulkannya benda-benda buatan manusia atau yang berhubungan dengan kebudayaan, kegiatan serta keberadaan manusia pada masa lalu. Benda-bendanya diletakkan dalam tempat/kotak yang terlindungi oleh kaca. Hal ini perlu diperhatikan para pemotret, karena bila memotret menggunakan lampu kilat akan memantul. Kiranya pemotret memerlukan filter polarisasi untuk mengurangi cahaya yang memantul dari kaca.
Selain subjek foto benda-benda dalam museum, mungkin bangunan museum itu sendiri yang menarik untuk diabadikan bila kita hunting di museum.
Objek wisata di Indonesia cukup banyak. Kalau kita menjadikan objek wisata menjadi lokasi hunting perlu adanya persiapan dan perencanaan, objek wisata yang bagaimana yang akan dikunjungi. Setelah itu diperkirakan subjek foto yang menarik baru kemudian menentukan peralatan yang mesti dibawa yang disesuikan dengan lokasi dan subjek yang akan diabadikan. Dan yang tak kalah penting adalah keberuntungan kita dilapangan, ini menyangkut cuaca alam. (Yudanto Prayitno)